Februari 25, 2010
Parapat, Kota Indah di Tepi Danau Toba
Kemarin siang saya ke Parapat untuk sebuah pertemuan, malamnya kembali ke Siantar. Sebentar lagi saya mau ke sana lagi sebab pertemuan yang saya maksud ini belum usai.
Parapat masuk dalam wilayah Kabupaten Simalungun. Walau begitu, hanya sedikit orang-orang Simalungun di wilayah ini. Mayoritas penduduk di sini berbahasa Toba; artinya mereka orang-orang Toba. Sama halnya dengan penduduk di Tigaras. Secara umum, penduduk di sepanjang tepi Tepi Danau.
Sejak kecil sampai sekarang, sering saya pergi ke Parapat terutama kalau hendak ke Samosir, ke kampung kami. Bapak saya orang Samosir, jadi saya juga secara otomatis adalah orang Samosir, hehe.
Bagi kami, ada beberapa pilihan untuk tiba di Samosir: lewat Parapat, Tigaras atau Haranggaol. Perlewatan yang paling menarik adalah Parapat kalau kita tinjau dari suasana keramaian. Tigaras jauh lebih sepi kalau kita bandingkan dengan Parapat. Belakangan, Haranggaol tak lagi seramai dulu ketika saya masih kecil. Waktu itu, setiap Senin dan Kamis kapal-kapal berdatangan dari Pulau Samosir ke Haranggaol; kedua hari itu adalah hari pekan di haranggaol. Samosir waktu itu meruapakan salah satu wilayah penghasil bawang merah yang terkenal. Belakangan bawang merah rusak dan secara otomatis keadaan ini sangat mempengaruhi situasi perdagangan hasil pertanian di Haranggaol.
Parapat terutama terkenal sebagai daerah tujuan wisata di Sumatera Utara; satu paket dengan Samosir. Biasanya para turis akan melanjutkan perjalanan ke Samosir melewati Parapat.
Jalan raya dari Pematang Siantar ke Parapat relatif bagus. Jalan ini juga merupakan jalan lintas Sumatera; bis-bis antar lintas Sumatera seperti ALS melewati Parapat menuju Jakarta dan sebaliknya. Belakangan jasa bis antar listas Sumatera ini mempunyai peminat yang jauh berkurang dengan kehadiran lebih banyak jenis penerbangan dari Polonia-Jakarta dan sebaliknya.***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar