Februari 25, 2010

Bank Century = Rakyat Membayar DUA Kali + Bunga Berbunga

Ketika RT mencuri dan menyelewengkan dana di bank miliknya sendiri yang dipercayai rakyat karena rakyat percaya Bank Indonesia, sebenarnya rakyat sedang kehilangan uangnya (Rakyat membayar kali ke satu). Di sini kelalaian fatal Bank Indonesia yang penuh orang-orang perbankan paling pintar di negeri ini. Bank yang pernah satu lantai gedung super modern markas barunya terbakar habis dgn akibat kehilangan data dan arsip (disengaja?). Beberapa mantan dewan direksinya di-bui. Mengapa mereka membiarkan 3 bank kecil curang milik RT yang akhirnya merger jadi BC dan tetap milik RT bisa beroperasi sepuluh tahun-an dengan curang dan menipu rakyat, lagi? Mereka yang duduk dalam dewan direksi Bank Indonesia pasti ada yang tahu soal logika sederhana ini. Atau ribuan staf BI kalau ada yang tahu fakta busuk itu, beranikah Anda….?
Kemudian dengan alasan di dalam BC ada modal2 asing di dalamnya , ada yang dari Bahama (kata pak Kwik surga cuci-cuci uang dan logikanya kata beliau, BC juga Bank cuci uang) maka apakah Pemerintah RI takut gengsi kalau uang itu hilang maka di bail-out, atau karena  nasabah2 besar dari Surabaya yang berjasa atas hal ihwal PD-RI 1menang,  minta uang mereka yang dicuri RT entah bagaimana harus kembali maka harus di bail-out. Atau orang-orang parpol atau yang tidak patut terima sedang butuh gizi besar untuk kampanye, yang datanya dirahasiakan ketua PPATK entah karena takut atau apa. Dengan demikian uang negara dipakai, maka Rakyat membayar kali kedua. Yang bertanggungjawab lagi-lagi Bank Indonesia dan juga pihak-pihak yang menjabat sebagai ketua (itu kalau dia tahu, kalau dia tidak diberitahu harusnya murka ke bendahara) dan bendahara negara Republik Indonesia.  Pembayaran oleh Rakyat yang kedua ini, harus segera diadakan referendum nasional (setelah BI dan bendahara mengaku sejujurnya demi anak cucunya) bersama DPR (yang bukan seperti anak TK),  MPR, MA, MK. Keputusannya apabila semua rela, maka kasus ditutup dan selesai babak Bank Century ini. Parpol dan politisi oportunis yang miskin substansi siap-siap gigit jari.
Ternyata ada faktor-faktor heboh cicak-buaya, Bibit-Chandra vs SD, AA vs perekayasa, rapat-dini hari, perbantahan tidak bermutu,  Pansus yang kontra produktif bagi kepentingan rakyat karena extended, nuansa pelecehan intelektual logika rakyat, hiruk pikuk media massa cetak elektronik yang mengkonsumsi bermilyar-milyar rupiah aneka iklan, warning dan kemacetan peringatan hari korupsi, dsb…dsb. Wahai rakyatku, Anda semua sedang membayar bunga berbunga dari kasus Bank Century. Yang bertanggungjawab atas bunga-berbunga ini adalah:….kebodohan dan kebiasaan (suka sensasi, mudah lupa, mudah dininabobokkan citra setiap kali kampanye Pemilu….) Rakyat sendiri.
Maka, apabila perpajakan digenjot, bumi dipajaki, bumi dieksploitasi, hutan dikonversi semena-mena apapun dipajaki, harga-harga produk monopolis melambung, listrik naik terus, telepon semakin mahal, pulsa semakin mahal, maka rakyatku, kita sedang membayar akibat keteledoran Bank Indonesia yang pertama dan kedua, keteledoran para Ketua dan Bendahara pengelola negara. Keteledoran dan mungkin kesepakatan jahat dengan para maling kaya. Keteledoran yang membuat negara kaya bernasib jadi negara berkembang turun naik.
Maka yang di bawah cukup puas dengan HP dan motor, yang teratas, RI 1 di Kopenhagen meladeni pembicaraan bantuan uang dari negara kaya untuk RI demi penambahan persentase pengurangan emisi mengatasi perubahan iklim yang mengancam 2000 pulau Indonesia lenyap. Padahal tigapuluh ijin baru 30 pembukaan dan pembabatan hutan (yang sangat bertanggungjawab atas perubahan iklim global, ingat pembakaran hutan, ekspor asap selama 30 tahun ini) sedang dikeluarkan Departemen Kehutanan di minggu yang sama saat RI 1 pulang tanah air. Anak cucu akan membayar dan menerima akibat kerusakan hutan di negeri ini di masa depan. Demi segelintir konglomerat kaya dan keluarganya yang sangat tidak diragukan kemampuannya dalam mengelak pajak, padahal pajaknya juga HARUS dihitung dengan ongkos perbaikan atas kerusakan hutan (Kalimantan, Sumatera, Papua) dan lingkungan (lumpur Lapindo, Freeport, dll) yang tidak pernah diperhitungkan oleh pengelola pajak dan Depkeu.
Kerugian, Kerusakan dan akibat yang membayang di pikiran bisa terjadi kalau kita tidak segera bangun dan sadar akan apa yang sedang terjadi dengan pengelolaan pajak kita di tangan Bank Indonesia dan Bendahara Negara RI.  Sangat sembrono, gegabah, inefisiensi berkepanjangan adalah ilustrasi untuk kasus Bank Century.  Slogan pajak “Awasi penggunaannya” belum ada saluran yang efektif jera bagi para pengelola keuangan negara (Bank Indonesia dan bendahara Negara). Bagaimana fit & proper test mereka?
Saya sebagai rakyat sangat marah atas pikiran, ucapan dan perilaku para pengelola yang tidak berpikir bagi setiap kali hilangnya uang rakyat sampai DUA kali serta bunga berbunga. Kewajiban para pengelola hanya sederhana: Pastikan rakyat sejahtera dan tenteram akan 3 hal: PANGAN, KEBENARAN, KESEHATAN.  Lihat dan simak segala kejadian di bulan-bulan ini. Malu ke anak cucu kita.

Tidak ada komentar: