Februari 27, 2010

Modal kerja dominasi kredit perbankan

Kredit modal kerja (KMK) perbankan dalam rupiah sepanjang 2007 makin dominan dibandingkan dengan jenis penyaluran kredit lainnya seperti investasi dan konsumsi. KMK tahun lalu Rp388,60 triliun, naik dibandingkan dengan KMK pada 2006 yaitu Rp309,61 triliun. Data statistik Bank Indonesia menunjukkan porsi kredit modal kerja pada tahun lalu kian menjauhi kredit investasi (KI) dan kredit konsumtif (KK). KMK tumbuh 20,32% dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya.
Kredit terbesar kedua pada tahun lalu adalah untuk investasi dengan pencapaian Rp281,25 triliun, meningkat 25% dibandingkan dengan periode serupa 2006 yaitu Rp224,91 triliun. Porsi paling kecil ditempati oleh kredit investasi yaitu Rp123,32 triliun, atau naik 17,8% dari Rp104,63 triliun pada akhir 2006.
Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk Ryan Kiryanto mengatakan, tingginya KMK selama dua tahun belakangan ini mencerminkan kondisi dunia usaha saat ini di Indonesia. Menurut dia, kebutuhan perusahaan masih didominasi oleh pengeluaran yang bersifat rutin.

Kredit rupiah berdasarkan penggunaan (Rp triliun)
JenisN i l a i
2006%2007%
Kredit modal kerja309,6148,44388,6048,99
Kredit konsumsi224,9135,18281,2535,45
Kredit investasi104,6316,37123,3215,54
T o t a l639,15100793,17100
Sumber : Bank Indonesia, 2008"Misalnya untuk biaya perawatan mesin. KMK lebih bersifat jangka pendek, misalnya untuk satu tahun. Sekali pakai selesai, sedangkan untuk KI biasanya untuk jangka panjang," ujar Ryan saat dihubungi Bisnis kemarin.
Dia memaparkan seandainya KI menempati porsi terbesar, pengaruhnya lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut karena lebih banyak efek pengganda kredit jenis itu yang salah satunya untuk menyerap tenaga kerja.
Ryan mencontohkan perusahaan yang membutuhkan KI biasanya digunakan untuk perluasan usaha, menambah pabrik, dan mesin baru, sehingga akan terjadi penyerapan tenaga kerja yang lebih besar.
Namun, dia menambahkan KI memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan modal kerja atau konsumsi.
Direktur UMKM PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Sulaiman Arif Arianto mengatakan, sedikitnya jumlah KI dibandingkan dengan KMK karena perusahaan memperoleh dana melalui pasar modal, kredit ekspor, dan perusahaan pembiayaan. Menurut dia, perusahaan juga bisa saja memperoleh pinjaman dari luar negeri atau menerbitkan obligasi.
Sulaiman menambahkan peralatan berat untuk pembukaan lahan yang disewa biasanya dengan jasa multifinance atau kredit ekspor, tetapi membutuhkan dana jangka pendek untuk pembelian bahan baku dan pengeluaran rutin.
"Perusahaan membuka lahan perkebunan atau pertambangan itu membutuhkan investasi, tetapi biayanya berasal dari kredit modal kerja."

Tidak ada komentar: