"Peningkatan investasi itu dibutuhkan untuk menyeimbangkan pertumbuhan kebutuhan listrik sebesar 9,2% per tahun," ujar Direktur Perencanaan dan Teknologi PLN, Nasri Sebayang usai peluncuran buku rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2010-2019 di Kantor Pusat PLN, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Senin (6/9/2010).
Nasri memaparkan, dari total rencana investasi tersebut, sekitar US$ 6,605 miliar untuk pembangunan pembangkit sebesar 6.248 megawatt (MW). Dimana dari total kapasitas yang akan dibangun tersebut sekitar 4.985 MW akan dikerjakan oleh PLN dan sisanya digarap kontraktor listrik swasta (Independent Power Producer/IPP).
Sementara sisanya, sebesar US$ 2,045 miliar akan dialokasikan untuk memperkuat sistem transmisi dan US$ 781,2 miliar untuk distribusi.
Rencananya, lanjut dia, sumber pendanaan untuk proyek tersebut diantaranya berasal dari PLN,anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun depan yang akan diputuskan oleh pemerintah dan DPR, pinjaman dari pemerintah, pinjaman hutang luar negeri (PHLN), serta pinjaman dari lembaga keuangan dunia seperti Asian Development Bank, JICA, dan World Bank.
"Baru yang lainnya adalah IPP. Mereka kan bisa dapat bantuan dari mana-mana. Selain pinjaman, kita akan rising fund seperti menjual bond, tapi itu nanti. Yang pasti kalau keuangannya tidak ada, maka pertumbuhannya tidak bisa sebesar itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar